Kontroversi Blackwashing Dalam Sastra Populer

Muhammad Fithratullah. S.S. M.A.

Peran Black Lives Matter dalam Perubahan Industri Hiburan

Gerakan Black Lives Matter telah memberikan dorongan besar dalam mengatasi rasisme sistemik dan ketidaksetaraan di berbagai sektor, termasuk industri hiburan. Kematian George Floyd memicu gelombang global dalam menuntut pertanggungjawaban atas kekerasan polisi dan menyoroti perlunya perubahan lebih lanjut untuk mengatasi ketidaksetaraan rasial. Tanggapan industri hiburan terhadap gerakan ini, seperti komitmen untuk merekrut lebih banyak keragaman dan investasi dalam proyek-proyek yang mewakili pengalaman orang Afrika Amerika, menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dalam penggambaran karakter dan cerita.

Baca juga : Mengenal Sastra Digital

Peningkatan penggambaran karakter Afrika Amerika dan cerita yang lebih bernuansa tentang pengalaman mereka di Amerika Serikat atau Hollywood menjadi sorotan. Namun, pendekatan ini juga memunculkan debat tentang ‘Blackwashing’, yaitu penggantian karakter tradisional berkulit putih dengan karakter Afrika Amerika. Meskipun tujuannya adalah mendukung komunitas tersebut, seringkali tindakan ini dianggap tidak jujur dan hanya sebagai upaya permukaan, tanpa benar-benar menangani akar permasalahan rasisme dan ketidaksetaraan.

Kontroversi di Balik Blackwashing

Kontroversi seputar ‘Blackwashing’ semakin nyata dengan penampilan tokoh-tokoh ikonik yang diperankan oleh aktor atau aktris berkulit putih sebelumnya, namun kemudian diganti dengan pemeran Afrika Amerika. Misalnya, kontroversi seputar pemilihan Halle Bailey sebagai pemeran Putri Ariel dalam remake film “The Little Mermaid”, atau Judi Turner Smith sebagai tokoh Anne Bolyn dalam serial mini-thriller psikologis. Bahkan, pemilihan pemeran Adelle James sebagai Cleopatra dalam sebuah docu-series di Netflix menuai kritik dari sejarawan dan masyarakat Mesir karena dianggap tidak sesuai dengan sejarah aslinya.

Meskipun penggantian pemeran dapat memunculkan kontroversi terkait sejarah dan budaya asli dari cerita tersebut, hal ini juga menunjukkan potensi untuk merepresentasikan keberagaman dalam dunia film dan media. Namun, perlu kehati-hatian agar penggantian ini tidak menimbulkan stereotip atau klise yang tidak akurat dalam menggambarkan karakter kulit hitam.

Membangun Representasi yang Autentik

Dalam menyikapi isu ‘Blackwashing’, penting untuk mempertimbangkan sejarah dan konteks dari cerita yang diangkat. Upaya menghindari stereotip dan klise yang tidak akurat dalam menggambarkan karakter kulit hitam menjadi esensi utama. Sebagai gantinya, memberikan representasi yang tepat dan realistis bagi masyarakat kulit hitam menjadi sebuah tujuan penting. Hal ini berlaku tidak hanya dalam industri hiburan, tetapi juga di kehidupan sosial dan politik kita.

Baca juga :Hasil Koln Vs Bayern 0-1, Dua Rekor Kane Di Balik Kemenangan Die Roten

Pemilihan pemeran dan penggambaran karakter dalam industri hiburan haruslah menghormati sejarah serta keberagaman budaya yang ada. Dengan mempertimbangkan nuansa bisnis dan dampak sosial dari setiap keputusan penggantian pemeran, industri film dan media dapat menciptakan tokoh-tokoh baru yang inspiratif tanpa harus mengubah karakter yang sudah menjadi bagian dari sejarah budaya. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan representasi yang lebih inklusif dan autentik bagi masyarakat kulit hitam, sejalan dengan tujuan yang diperjuangkan oleh gerakan Black Lives Matter.