Oleh : Samanik, S.S., M.Hum.
Kepakaran: Pengajaran Bahasa dan Sastra Inggris, Kritik Sastra Poskolonial
Burung dan Ikan merupakan dua hewan yang berbeda. Mereka memiliki alam, kondisi fisik, dan kebutuhan life survival skills yang berbeda. Ikan hidup di air yang membuatnya terbiasa sekaligus membutuhkan kemampuan berenang yang baik sehingga bisa menjaga keberlangsungan hidupnya. Sementara burung lebih membutuhkan kemampuan terbang untuk bertahan hidup. Dengan demikian, jelas ikan tidak membutuhkan kemampuan terbang, jadi tidak begitu perlu mengajari dan mengharapkannya memiliki kemampuan terbang mumpuni. Sebaliknya, burung juga tidak terlalu membutuhkan kemampuang berenang sehingga ia akan tidak ‘termotivasi’ untuk belajar berenang karena tidak merasa membutuhkannya. Analogi ini merupakan gambaran realita kondisi pendidikan di banyak tempat di Indonesia. Sebagai pendidik guru tidak (bahkan tidak mau) mencari tahu latar belakang dan profil peserta didiknya yang beragam yang memiki kebutuhan belajar dan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kegiatan belajar dilaksanakan secara ‘seragam’, one for all. Di dalam kelas guru tidak mengetahui bahwa di dalam kelas ada ‘burung’ dan ‘ikan’ yang memiliki potensi dan kebutuhan belajar yang berbeda. Sehingga proses belajar tidak memenuhi kebutuhan dan interest peserta didik dan bermuara pada hasil belajar yang tidak maksimal.
Di dalam kelas, tentu saja guru akan menghadapi banyak keberagaman peserta didik; latar sosial, budaya, ekonomi, agama, minat, gaya belajar dan lain sebagainya. Tentunya, kegiatan pembelajaran tidak bisa dilakukan secara seragam. Guru harus mencari cara agar setiap peserta didik bisa berkembang dan mencapai level terbaik berdasarkan potensi yang dimilikinya masing-masing. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran harus berdiferensiasi untuk memenuhi keberagaman tersebut.
Menurut Tomlinson (2000) pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dengan demikian, guru diharapkan menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Menurut Tomlinson (2001), Pembelajaran Berdiferensiasi (PB) adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang peserta didik. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.
Dasar pemikiran strategi PB adalah peserta didik memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda secara psikologis. PB pada hakikatnya adalah pembelajaran yang memandang bahwa peserta didik itu berbeda dan dinamis. Karena itu, sebuah institusi pendidikan harus memiliki perencanaan tentang pembelajaran berdiferensiasi, antara lain: mengkaji kurikulum saat ini yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan peserta didik, merancang perencanaan dan strategi institusi yang sesuai dengan kurikulum dan metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, serta mengkaji dan mengevaluasi capaian hasil belajar secara berkala.
Pendekatan PB mengharuskan para guru untuk menjadi fleksibel dalam pendekatan mereka ketika mengajar, menyesuaikan kurikulum, dan menyajikan informasi kepada peserta didik. PB merupakan sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada pernyataan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul “How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom” menyampaikan, bahwa guru dapat mengkategorikan kebutuhan belajar peserta didik, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah: (1) Kesiapan belajar (readiness), (2) Minat, dan (3) Profil belajar peserta didik.
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Inti dari praktik berdiferensiasi di kelas adalah perubahan pada elemen kurikulum: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar.
Adapun dalam referensi lain, differentiated learning dijelaskan sebagai sebuah modifikasi kurikulum di mana semua anak bisa belajar dalam satu kelas dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Pendekatan ini dilakukan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas dengan berbagai kemampuan anak yang berbeda dalam kelas tersebut. Maksud dari differentiated itu sendiri adalah bahwa setiap peserta didik mempunyai standar kurikulum yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhannya. Dengan demikian, guru harus memodifikasi konten/materi pembelajaran, proses pembelajaran, produk pembelajaran, dan lingkungan belajar. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan potensi peserta didik dan memberikan ‘rasa aman’ kepada peserta didik dalam menjalani proses belajar. Pada akhirnya, pembelajaran berdiferensiasi ini akan bermuara pada pencapaian hasil belajar maksimal dan pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik.